Potensi Bisnis di Internet 'Internet of Everything'

Potensi Bisnis di Internet

Potensi Bisnis di Internet 'Internet of Everything' - JAKARTA - Cisco System, perusahaan penyedia peralatan jaringan asal Amerika Serikat, memprediksi ada potensi bisnis sekitar US$ 14,4 triliun (sekitar Rp 138 ribu triliun) dalam 10 tahun ke depan.

Potensi bisnis yang besar ini bisa diraih jika konektivitas dalam bisnis meningkat, mencakup konektivitas antara individu, individu ke Internet, dan server.

"Nilai ini akan semakin besar," kata Ross Fowler, Vice President Cisco, dalam acara Cisco Innovate di Jakarta, Kamis lalu. Seminar ini dihadiri oleh rekanan usaha dan undangan. Acara ini juga digelar di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.

Potensi bisnis ini, Fowler melanjutkan, bisa diraih jika bisnis dijalankan dengan efisien sehingga menekan biaya serta bisa memaksimalkan pendapatan perusahaan. Konektivitas yang menyeluruh tadi diharapkan bisa memaksimalkan efisiensi ini.

Dalam paparannya, Fowler mengatakan efisiensi ini meliputi lima aspek, yaitu peningkatan pemanfaatan aset, produktivitas pegawai, mempermudah jalur suplai dan logistik, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta mempermudah pemasaran.

Dia menjelaskan tahapan perkembangan hubungan manusia dengan alat. Dimulai pada 1995, manusia mendatangi komputer, yang saat itu mulai populer, untuk bekerja. Ini disebut sebagai era "fixed computing".

Pada 2000, tren ini mulai berubah dengan semakin berkembangnya teknologi yang menghasilkan peranti yang semakin kecil dan mudah dibawa. Ini dikenal sebagai era "bring your own devices", yang diperkirakan, ada sekitar 200 juta gadget dipergunakan.

Pada 2011, era "Internet of things" dimulai dengan sekitar 10 miliar gadget beredar di tangan manusia dan perkantoran serta terkoneksi dengan Internet.

Dan "era Internet of everything" akan mencapai puncaknya pada 2020. Saat ini, manusia, proses bisnis, data, dan gadget terkoneksi secara intens untuk mempermudah hidup manusia.

Saat ini, Fowler mengatakan, sekitar 99 persen barang tidak terkoneksi satu dengan lainnya. Dan mayoritas dari barang yang terkoneksi berada di kawasan negara-negara maju. Jika dilihat dari jenisnya, 96,5 persen merupakan barang konsumer, seperti ponsel, tablet, dan komputer.

Soal konektivitas dalam bisnis ini, Irvan Yasni, Direktur Teknologi dan Informasi Korporat dari Sinarmasland, mengatakan perusahaan tempatnya bekerja mulai menerapkan private cloud.

Ini membuatnya menjadi lebih mudah bekerja karena data dan aplikasi bekerja di dalam perusahaan bisa diakses langsung dari luar kantor. Dia mencontohkan penggunaan tablet iPad untuk membuka aplikasi di dalam jaringan private cloud perusahaannya.

"Dengan cara ini, saya bisa memberi persetujuan tertulis kepada bawahan secara cepat tanpa harus ke kantor terlebih dulu," kata dia sambil mempertontonkan teknologi virtual desktop. Penggunaan mobile devices, seperti tablet dan telepon seluler, ini diperuntukkan bagi karyawan yang memang memiliki tugas ke luar kantor, seperti marketing, sales, dan level direksi.

Yasni mengatakan, teknologi yang digunakan berasal dari Cisco yang disebut aplikasi Cisco Tools. Gadget tadi terkoneksi dengan Internet menggunakan jaringan Telkomsel dan terenkripsi atas kerahasiaannya. Hanya pegawai tertentu yang terdaftar dan memiliki pin yang bisa mengakses jaringan private cloud milik perusahaan.

Sedangkan untuk karyawan yang mengurusi bagian administrasi, Yasni melanjutkan, perusahaan menyediakan peranti berupa layar, papan kunci, dan tetikus, yang terhubung dengan server perusahaan serta aplikasi tertentu.

Menurut dia, investasi ini lebih murah, termasuk konsumsi listrik yang lebih ringan, dibanding menggunakan komputer desktop. Setelah infrastruktur ini berjalan dengan baik dan digunakan karyawan secara maksimal, dia mengatakan, perusahaan akan bergerak ke tahapan "bring your own device" yang lebih mobile.

Selain Cisco, Avaya, perusahaan penyedia jaringan bisnis, menawarkan beberapa solusi network untuk perusahaan. BUDI RIZA

Artikel terakhir dan terbaru :
Next Post Previous Post