Fakta; Hujan Turun Setan Hilang !
[Surat Al-Anfal: 11]
(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketentraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).
Artinya: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.s. Al Kahfi: 45)
Air Hujan Sebagai Perumpamaan Dunia
Imam Al Qurthubi Rahimahullah dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan mengapa Allah membuat perumpamaan dunia seperti air.
Pertama. Air tidak tetap dalam satu keadaan, demikian pula dunia tidaklah tetap pada satu keadaan.
Hal ini dapat dipahami dari keadaan air yang semula dari air laut, lalu menguap menjadi awan dan mendung. Selanjutnya turun menjadi air hujan, mengalir dari hutan dan gunung masuk lembah, lalu membentuk sungai, dan akhirnya mengalir terus sampai ke laut lagi.
Begitu juga dengan kehidupan dunia ini. Ia tidak tetap dalam satu keadaan, tapi berubah dari keadaan satu ke keadaan yang lain.
Dari sisi umur ia tidak akan muda terus. Di waktu muda tampak gagah, tampan, sehat, kuat, dan bersemangat. Setelah tua berubah menjadi keriput, jatuh sakit, tenaga melemah, dan tampak kepayahan.
Di suatu saat kaya berkecukupan, di saat lain jatuh miskin dan banyak hutang.
Tidak ada seorang pun yang kehidupan dunianya dalam keadaan yang sama. Sehat terus, kaya terus, muda terus, tampan terus, cantik terus, senang terus dan sebagainya.
Oleh karena itu, seorang mukmin tidak akan kaget dengan perubahan kehidupan yang senantiasa berubah-ubah tersebut.
Air akan hilang dan tidak kekal, demikian pula dunia itu fana tidak kekal.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (Q.s. An Nahl: 96).
Ayat ini menunjukkan bahwa dunia tidak kekal. Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang, ia pasti dan habis. Demikian juga dengan jabatan atau status seseorang, tidak akan selamanya menjabat sebagai pimpinan, tapi suatu saat jabatan pasti akan dilepaskannya, baik dengan sukarela maupun terpaksa.
Demikian pula dengan harta yang dimiliki yang kita miliki. Ia tidak akan dibawa ke kuburan saat pemiliknya dimakamkan. Ia akan diwariskan kepada ahli warisnya.
Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu seorang yang cerdas, pasti tidak akan tertipu dengan kehidupan yang fana dan tidak kekal ini. Ia akan lebih mementingkan kehidupan yang kekal. Yang kekal itu adalah apa yang ada di sisi Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu pahala dan surgaNya. Ia rela meninggalkan kehidupan dunia yang fana demi mendapatkan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Malik bin Dinar berkata,
لَوَ كَانَتِ الدُّنْيَا مِنْ ذَهَبٍ يَفْنَى، وَالْآخِرَةُ مِنْ خَزَفٍ يَبْقَى، لَكاَنَ الْوَاجِبُ أَنْ يُؤْثَرَ خَزَفٌ يَبْقَى عَلَى ذَهَبٍ يَفْنَى ، فَكَيْفَ وَالْآخِرَةُ مِنْ ذَهَبٍ يَبْقَى، وَالدُّنْيَا مِنْ خَزَفٍ يَفْنَى؟
“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Padahal sebenarnya akhirat adalah emas yang kekal abadi dan dunia adalah tembikar nantinya fana.” (Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7: 473, Mawqi’ At Tafasir)
Penutup
Dengan air hujan kita terhindar dari gangguan setan dan dengan air hujan Allah berikan perumpamaan dengan dunia dan seisinya yang akan kering dan hancur. Karena dipastikan seseorang yang hidup di dunia tidak akan kekal dan akan bertemu ajalnya.
Cikupa 2024
Musafir 49