Subhanallah, Bakteri Usus Ini Mampu Hasilkan Solar


Subhanallah, Bakteri Usus Ini Mampu Hasilkan Solar - Pada masa depan, manusia mungkin tak perlu lagi mengebor sumur-sumur minyak untuk memproduksi bahan bakar. Sebuah tim peneliti dari Universitas Exeter, Inggris, berhasil mengembangkan sebuah metode canggih untuk memproduksi solar dari strain khusus bakteri Escherichia coli yang mampu memproduksi solar.

 Subhanallah, Bakteri Usus Ini Mampu Hasilkan Solar
Solar yang dihasilkan hampir identik dengan bahan bakar diesel konvensional. Bahkan para peneliti tidak perlu mencampurnya lagi dengan produk minyak bumi, seperti pada biodiesel, yang dibuat dari turunan minyak tumbuhan.


Keunggulan lain dari solar yang diproduksi oleh E. coli ini adalah dapat disimpan dalam tempat penampungan bahan bakar minyak konvensional. Penyalurannya tidak lagi memerlukan mesin, jaringan pipa, dan kapal tanker khusus yang dimodifikasi.


"Kami ingin memproduksi biofuel komersial yang dapat digunakan tanpa perlu memodifikasi kendaraan," kata Professor John Love dari Biosciences University of Exeter di Inggris, 23 April 2013.


Teknologi yang pengembangannya didukung perusahaan minyak dan gas bumi Shell ini masih menghadapi banyak tantangan di bidang komersialisasi. Namun tingginya permintaan energi global dan bahan bakar yang bebas dari fluktuasi harga minyak dunia dan ketidakstabilan politik menjadikan proyek ini semakin menarik.


Bakteri E. coli dipilih karena secara alami mampu mengubah gula menjadi lemak untuk membangun membran sel mereka. Nah, molekul bahan bakar minyak sintetis dibuat dengan memanfaatkan kemampuan bakteri tersebut.


Profesor Love mengatakan produksi senyawa dalam skala besar menggunakan E. coli sebagai katalis sudah lumrah dalam industri farmasi. Hanya, pemanfaatan mikroba yang umum hidup di usus besar manusia itu untuk menghasilkan bahan bakar masih sebatas skala kecil di laboratorium. "Kami sedang mengembangkan untuk komersialisasi," ucap dia.


Love optimistis penggunaan solar hasil produksi E. coli dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80 persen pada 2050. Teknologi ini juga diklaim dapat menggeser solar konvensional dengan biofuel berkadar karbon netral. PHYS.ORG

You may like these posts